Rabu, 24 Agustus 2011

Kereta Api dan Masa Depan Kota

Pekerja rumah tangga kami, asal Cilacap, mengatakan ia merasa tenteram sesudah pindah ke tempat tinggal kami di pusat kota sekarang, karena ada suara kereta api di dekatnya. Katanya, ada rasa “mau ke mana-mana gampang.”

Bagi mereka yang tumbuh besar di Pulau Jawa, kereta api adalah sebuah kenangan manis dan pahit sekaligus. Kereta api, bagi banyak masyarakat desa dan kota kecil di Jawa, adalah sarana keterhubungan mendasar dan sangat penting.

Baru-baru ini kita mendengar bahwa PT Kereta Api Indonesia akan memperlakukan stasiun-stasiun mereka sebagai benda cagar budaya, pusaka, peninggalan bersejarah. Tentu ada motivasi ekonomi di balik rencana itu. Antara lain, meningkatkan pendapatan perusahaan dengan mendayagunakan lahan dan bangunan milik perusahaan.

Sejak dulu, di seluruh dunia, perusahaan layanan umum semacam kereta api dan pelabuhan memiliki banyak lahan. Ini model pembangunan zaman kolonial di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Lahan itu bukan hanya digunakan untuk membangun sarana dan prasarananya sendiri, tetapi juga dimanfaatkan guna menghasilkan keuntungan yang kemudian sejatinya disalurkan kembali untuk meningkatkan pelayanan umum. Semoga semangat ini tetap bertahan.

Kereta api adalah masa lalu dan masa depan. Di masa depan, kereta api merupakan alternatif yang diunggulkan dalam memasuki masa depan ekologis. Kereta api juga punya fungsi penting sebagai prasarana pemerataan ekonomi, memeratakan mobilitas semua golongan.

Ia juga penting karena fungsi sosialnya: sebagai ruang khalayak, yang makin penting ketika sebagian besar masyarakat lintas wilayah justru bertemu di perjalanan, bukan di ruang khalayak yang diam seperti taman.

Bangunan stasiun kereta api menarik bukan hanya karena arsitekturnya yang memang umumnya baik dan mengesankan. Tetapi juga karena ia bersama-sama dengan banyak fasilitas umum lainnya, terutama pasar, kantor pos, pintu air, dan lain-lain, mencerminkan suatu “sikap Eropa”.

Bangunan umum itu harus tampil indah dan berharga, karena mencerminkan kepemilikan dan kekayaan bersama. Dan harus kuat, karena digunakan secara intensif oleh banyak orang. Ini sangat berharga untuk disemarakkan lagi, karena angkutan umum, termasuk kereta api, adalah sebenarnya alat integrasi masyarakat kota yang penting. Tanpanya, kota akan tercerai-berai.

Marco Kusumawijaya adalah arsitek dan urbanis, peneliti dan penulis kota. Dia juga direktur RujakCenter for Urban Studies dan editor http://klikjkt.or.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar